Berbicara tentang rokok,
pasti akan menyulut perdebatan besar tiada ujung antara yang pro dan kontra.
Sebagian kelompok sibuk memaparkan dampak negatif dari rokok, sedangkan yang
sebagian lagi berkutat untuk menyanggah dengan berbagai alasan dari berbagai
aspek. Indonesia memang tak bisa terlepaskan dari rokok, karena rokok telah
merambah hampir semua aspek kehidupan. Ada beberapa perbandingan dampak negatif
dan positif tentang peran perusahaan rokok dalam membangun Indonesia.
Dari
aspek pendidikan, banyak perusahaan rokok yang memberi beasiswa kepada pelajar
yang berprestasi maupun tidak mampu, contohnya : Program Beasiswa Djarum Plus dan Beasiswa
Djarum Foundation walaupun pastinya ada kedok dibalik hal tersebut. Dalam hal
ini ada pencitraan baik terhadap perusahaan rokok yang turut memajukan
pendidikan di Indonesia, namun yang harus digaris bawahi adalah perusahaan
rokok seharusnya lebih mengedepankan pada korban kanker atau gangguan kesehatan
lain yang diakibatkan oleh rokok. Karena hal tersebut merupakan imbas dari rokok
itu sendiri, sehingga perusahaan rokok sudah semestinya untuk bertanggung jawab.
Bukan
hanya pendidikan yang di lirik oleh perusahaan rokok untuk menarik hati
masyarakat, aspek pariwisata juga menjadi incaran. Contohnya : awal tahun 2007
PT. Gudang Garam Tbk membuat sebuah iklan spektakuler dengan judul “Rumahku
Indonesia Cahaya Asa”. Iklan yang di suguhkan memang bukan iklan kacangan yang
dibuat ngawur, iklan ini mempromosikan keindahan pariwisata alam Indonesia dan
iklan ini tak kalah bahkan menyaingi iklan “Wonderful Indonesia” dari Dinas
Pariwisata Indoesia. Lagi-lagi pemerintah Indonesia tertandingi oleh perusahaan
rokok.
Tak jauh beda dengan
pariwisata, aspek kebudayaan juga disabet oleh perusahaan rokok. Dengan tema
yang sama, yaitu “Rumahku Indonesia Cahaya Asa”. Iklan ini bukan hanya berisi
tentang kebanggaan menjadi orang Indonesia yang diselingi degan puisi dan tarian daerah. Kali ini pemerintah tertinggal satu langkah lagi dari perusahaan rokok
yang berusaha membangkitkan rasa nasionalisme warga Indonesia yang telah
terpuruk.
Ekonomi
merupakan aspek terpenting dalam suatu negara dan perusahaan rokok memegang
kendali yang cukup besar dalam aspek ini. Perusahaan rokok merekrut banyak karyawan
dan dengan itu bisa menjalankan roda ekonomi, walaupun nyatanya banyak kerugian
yang ditanggung negara akibat bea cukai yang sangat murah dan impor tembakau
karena kebutuhan dari tembakau yang tidak tersedia di Indonesia. Info lengkapnya
bisa dilihat di SINI.
Selain
itu banyak perusahaan rokok baik lokal maupun nasional yang menarik hati
masyarakat dengan menggelar konser keliling baik yang berbasic dangdut maupun
agama. Masyarakat pun merasa senang dengan dengan hal tersebut dan tidak
menyadari ada bahaya besar yang mengancam dari rokok. Aspek hiburan menjadi
sasaran empuk bagi para pengusaha rokok.
Yang lebih menarik dari
perusahaan rokok andalan iklan di televisi. Mereka tidak secara langsung
menggambarkan orang yang sedang enak menikmati rokok. Namun, mereka justru
membuat iklan-iklan dengan pesan moral yang dikemas secara apik dan menarik. Sebagai
contohnya iklan Djarum 76 filter yang mengkritisi tentang korupsi dengan
background humor, dengan jargon yang menjadi terkenal keseluruh Indonesia yaitu
“wani piro”, iklan rokok Sejati yang memberikan pesan moral agama dan sosial, dan
iklan Sampoerna Hijau dengan slogan “nggak ada loe nggak rame” yang mengambil
tema persahabatan yang seringkali membuat penonton tertawa dibuatnya.
Memang banyak sekali
langkah positif yang diambil oleh perusahaan rokok untuk memajukan Indonesia,
walaupun hal itu untuk tujuan marketing. Memang sulit apabila ingin membubarkan
perusahaan rokok karena dampak negatif yang diberikan lebih besar dari pada
dampak positifnya. Hal ini tergantung warga Indonesia sendiri apakah mau
bersenang-senang sesaat dan menderita selamanya atau hidup sehat tanpa rokok. Kesimpulannya,
banyak manfaat dari adanya perusahaan rokok, namun tak sedikit pula kerugian
yang diakibatkan.