Halo
sahabat! Dalam rangka memperingati International Volunteer Day 2015
pada tanggal 5 Desember 2015 mendatang, saya akan berbagi sedikit pengalaman
saat menjadi relawan untuk kegiatan sosial di Kota Malang. Kegiatan yang saya
ikuti adalah pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan pembuatan kerajinan yang
difokuskan pada pembuatan batik tulis khas Kota Malang. Berikut sedikit ulasan
mengenai latar belakang dan alas an diadakan kegiatan tersebut.
Malang dan Dunia Fesyen
Malang
Raya (Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang) menjadi destinasi wisata
yang semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal dan asing. Menurut data
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Malang (2015), ada sebanyak 2,4 juta wisatawan domestik dan 6.025 wisatawan
asing yang datang ke Kota Malang pada tahun 2014. Sedangkan tahun 2015
diprediksi akan ada sebanyak 2,5 juta dan 7.000 wisatawan asing yang akan
datang ke Kota Malang.
Kebiasaan
wisatawan untuk membeli souvenir sebagai buah tangan menjadi peluang bagi
pelaku industri kreatif di Malang Raya. Sektor industri kreatif yang saat ini
sangat menjanjikan adalah industri fesyen. Salah satu produk fesyen Indonesia
yang masih dapat tumbuh dan berkembang di tengah arus globalisasi adalah batik.
Batik juga telah mendapat pengakuan dari PBB melalui UNESCO sebagai warisan
budaya dunia (Intangible Cultural
Heritage) yang dihasilkan oleh Indonesia (Wulandari, 2011). Di Malang Raya,
batik belum banyak dikembangkan dan produsen batik tulis masih sangat jarang.
Padahal potensi pemasaran batik di Malang Raya sangat menjanjikan.
Seiring
dengan perkembangan fesyen dunia dan semakin tingginya minat terhadap kain
batik menjadi peluang besar bagi para pelaku industri batik. Selain itu, akan
diberlakukannya ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) mulai tahun 2015 mendorong Indonesia untuk terus mengembangkan industri
kreatif, khususnya dalam bidang fesyen.
Aku, Budaya dan Relawan
Menjadi
generasi yang menginspirasi melalui berbagai kegiatan positif adalah salah satu
impian dalam hidup saya. Hal tersebut sejalan dengan motto hidup saya yaitu
hidup untuk bermanfaat bagi orang lain. Saya selalu teringat kutipan dari John
F. Kennedy yang sangat menginspirasi
dalam pidato inagurasinya, bahwa “ask not what your country can do
for you, ask what you can do for your country.” Sebagai Warga Negara dan
Pemuda Indonesia, saya berharap saya dapat memberikan aksi nyata yang bisa
membantu perkembangan bangsa dan tidak mengeluh dengan selalu menyalahkan orang
lain atau pemerintah.
Untuk
mewujudkan impian tersebut, saya mencoba melakukan aksi nyata dan andil dalam
kegiatan sosial. Saya menjadi relawan dalam kegiatan sosial yang diadakan
oleh salah satu dosen saya yang bernama Dr. H. Mutmainnah Mustofa, M.Pd yang
membina kelompok pemberdayaan perempuan bernama “SAMARA”. Tujuan berdirinya
kelompok yang beralamatkan di Bareng Tenes 5A/580 Kota Malang ini adalah untuk
memperbaiki taraf ekonomi masyarakat sekitar. Kegiatan yang dilakukan berupa
pelatihan pembuatan berbagai kerajinan. Salah satu produk yang sudah pernah
dibuat adalah aneka kue kering, batik tulis khas malang dan jilbab berpola.
Karena saya memiliki
ketertatikan dan pengetahuan tentang budaya, saya sangat senang untuk menjadi
sukarelawan saat pelatihan pembuatan batik tulisn khas Malang. Selain
mengajarkan keterampilan kepada masyarakat, program ini juga berperan sebagai
media untuk melestarikan kearifan lokal. Batik tulis merupakan karya hasil
budaya yang dibuat menggunakan canting untuk menggambar pola atau motif. Pola
dan motif pada kain batik sangat beragam dan banyak macamnya dari tiap daerah.
Selain unik, motif kain batik juga mengandung filosofi dan menggambarkan
kehidupan masyarakat asal daerah kain batik tersebut.
Ternyata
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan rutin setiap satu minggu sekali ini
berhasil menarik perhatian Walikota Malang, yang akrab dengan sebutan Abah
Anton. Beliau datang ke lokasi kegiatan pelatihan dalam agenda blusukannya pada
tanggal 18 Oktober 2015 yang lalu. Bukan hanya itu, kegiatan ini juga saya
angkat sebagai tema proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun ini
dengan harapan pemerintah bisa membantu untuk menjadikan program pelatihan ini
semakin baik. Batik yang kami buat juga sempat mendapat tawaran undangan
pameran produk lokal Indonesia dari Prince of Songkla University Phuket Campus
Thailand. Luar biasa bukan?
Bagi saya, menjadi
relawan merupakan panggilan hati nurani yang bahkan tidak bisa dinalar jika
kita menggunakan pola pikir yang berorientasi pada profit. Seperti yang kita
ketahui, relawan adalah seseorang yang ikhlas memberi tanpa pamrih dan peduli
pada lingkungan sekitar. Tokoh inspiratif yang saya anut untuk berjuang adalah
Alm. Prof. Dr. KH. Achmad Mudlor, SH. Beliau merupakan pejuang bagi umat yang
tidak mengenal lelah. Motto beliau menjadi inspirasi bagi para muridnya. Beliau
pernah mengatakan “ Jangan takut mati karena belum makan, tapi takutlah mati
karena belum berjuang”. Kata-kata beliau mengandung arti yang sangat dalam.
Kita tidak perlu takut mati karena kelaparan karena pada hakikatnya Tuhan telah
mengatur rejeki untuk kita. Tapi, jika kita belum berjuang untuk kepentingan
umat itu berarti hidup kita menjadi hal yang sia-sia.
Demikian kisah saya
saat menjadi volunteer
. Semoga bisa bermanfaat. Sampai jumpa di posting saya yang berikutnya.